Senin, 09 April 2012

Melongok Pulau Serangan yang Terpencil Di Bali


Mungkin belum banyak yang tahu kalau di Bali ada sebuah pulau yang cukup terpencil dari wilayah Pulau Dewata ini. Tepatnya berada disebelah Selatan Pantai Sanur. Arealnya lumayan luas sekitar 73 hektar dan dihuni oleh penduduk lokal. Untuk menjangkaunya lewat darat, hanya ada sebuah jembatan yang menghubungkan antara Bali dengan pulau ini, namun hanya bisa dilalui disaat air laut surut. Sebaliknya kalau air laut sedang pasang, maka jembatan tersebut tak bisa dilalui lagi.




Nama pulau ini ialah Pulau Serangan atau banyak juga yang menyebut dengan Pulau Penyu. Pulau Serangan merupakan tempat penangkaran Penyu Hijau (makanya disebut juga sebagai Pulau Penyu). Dan disaat tertentu ada momen menarik yang bisa disaksikan langsung di pulau ini, yakni proses melepaskan anak Penyu Hijau atau yang disebut dengan Tukik ke laut. Bagi Anda yang ingin berkunjung ke Pulau Serangan ini bisa juga menggunakan kapal boat dengan dimulai dari Sanur, Suwung atau dari Tanjung Benoa.


Selain bisa menyaksikan Penyu-penyu yang ada disini, Anda juga bisa mengabadikan keindahan Pulau Serangan yang terkenal dengan pantainya yang indah dan deburan ombaknya yang tinggi. Dikala musim penghujan datang, maka berimplikasi pada peningkatan gelombang menjadi tinggi yang biasanya terjadi pada bulan November – April. Makanya dianjurkan kalau mengunjungi Pulau Serangan jangan lupa untuk membawa alat potret atau kamera yang sangat berguna untuk mengabadikan momen-momen penting seperti sunset dan melepaskan Tukik ke laut.


Pulau Seragan juga memiliki hutan bakau yang sangat disayangkan kelestarian ekosistemnya sudah sedikit terganggu. Untuk mencegahnya, penduduk lokal dan juga para penggiat kelestarian alam bahu-membahu menanam bibit bakau yang baru. Hutan bakau sangat signifikan peranannya karena memiliki perananan dalam menjaga kelestarian alam.

Lokasi

Pulau Serangan berada di Desa Serangan, Denpasar Selatan, Denpasar, Pulau Bali –Indonesia. Lokasinya ada disebelah Selatan Pantai Sanur, 250 meter dari pantai sebelah Tengata Bali.

Minggu, 08 April 2012

CANDI BOROBUDUR


Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang, 86 km di sebelah barat Surakarta, dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi berbentuk stupa ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra. Monumen ini terdiri atas enam teras berbentuk bujur sangkar yang diatasnya terdapat tiga pelataran melingkar, pada dindingnya dihiasi dengan 2.672 panel relief dan aslinya terdapat 504 arca Buddha.[1] Stupa utama terbesar teletak di tengah sekaligus memahkotai bangunan ini, dikelilingi oleh tiga barisan melingkar 72 stupa berlubang yang didalamnya terdapat arca buddha tengah duduk bersila dalam posisi teratai sempurna dengan mudra (sikap tangan) Dharmachakra mudra (memutar roda dharma).

Monumen ini merupakan model alam semesta dan dibangun sebagai tempat suci untuk memuliakan Buddha sekaligus berfungsi sebagai tempat ziarah untuk menuntun umat manusia beralih dari alam nafsu duniawi menuju pencerahan dan kebijaksanaan sesuai ajaran Buddha.[2] Para peziarah masuk melalui sisi timur memulai ritual di dasar candi dengan berjalan melingkari bangunan suci ini searah jarum jam, sambil terus naik ke undakan berikutnya melalui tiga tingkatan ranah dalam kosmologi Buddha. Ketiga tingkatan itu adalah Kāmadhātu (ranah hawa nafsu), Rupadhatu (ranah berwujud), dan Arupadhatu (ranah tak berwujud). Dalam perjalanannya ini peziarah berjalan melalui serangkaian lorong dan tangga dengan menyaksikan tak kurang dari 1.460 panel relief indah yang terukir pada dinding dan pagar langkan.

Menurut bukti-bukti sejarah, Borobudur ditinggalkan pada abad ke-14 seiring melemahnya pengaruh kerajaan Hindu dan Buddha di Jawa serta mulai masuknya pengaruh Islam.[3] Dunia mulai menyadari keberadaan bangunan ini sejak ditemukan 1814 oleh Sir Thomas Stamford Raffles, yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Jenderal Inggris atas Jawa. Sejak saat itu Borobudur telah mengalami serangkaian upaya penyelamatan dan pemugaran. Proyek pemugaran terbesar digelar pada kurun 1975 hingga 1982 atas upaya Pemerintah Republik Indonesia dan UNESCO, kemudian situs bersejarah ini masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia.[4]

Borobudur kini masih digunakan sebagai tempat ziarah keagamaan; tiap tahun umat Buddha yang datang dari seluruh Indonesia dan mancanegara berkumpul di Borobudur untuk memperingati Trisuci Waisak. Dalam dunia pariwisata, Borobudur adalah obyek wisata tunggal di Indonesia yang paling banyak dikunjungi wisatawan.